Masih Banyak Masyarakat kurang Paham Resiko Keuangan

Masih Banyak Masyarakat kurang Paham Resiko Keuangan

Kepala OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, Hizbullah, memaparkan berdasarkan data OJK, secara nasional inklusi keuangan pada 2013 mencapai 59,74 persen dan naik pada 2016 menjadi 67,82 persen.

“Inklusi di Bali lebih tinggi, pada 2016 malah mencapai 76 persen. Hanya literasi yang kurang, artinya masyarakat telah menggunakan industri keuangan di Bali tetapi dia (masyarakat) tidak paham dengan resiko dan segala macam terkait produk tersebut,” jelasnya dalam Pelatihan Wartawan dan Gathering Media Massa Bali , NTB, dan NTT di Royal Tulip, Bedugul, Jumat (13/10/2017).

Tingkat literasi, kata dia, hanya 37 persen. Sehingga masyarakat yang paham tentang apa itu industri jasa keuangan dan apa saja resiko dan spesifikasi produknya tidak terlalu besar di Bali. 

“Bahkan secara nasional literasi hanya 29 persen,” imbuhnya.

Sehingga yang perlu ditingkatkan adalah literasi atau pengetahuan masyarakat mengenai industri jasa keuangan.

Hal ini penting, agar masyarakat tidak mudah diiming-imingi bunga tinggi hadiah tinggi dan modus investasi bodong lainnya.

“Ini yang perlu kerjasama antara OJK dan media dalam mengedukasi masyarakat, sehingga kejadian penipuan oleh perusahaan bodong seperti UN Swissindo dan investasi bodong lainnya tidak terus terulang. “Masalahnya masyarakat masih memercayai, pemberian hasil tinggi. Ini yang perlu diedukasi,” jelasnya.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait