Dampak COVID-19, Stimulus Sektor pariwisata dan Fiskal Dianggap Tepat

Dampak COVID-19, Stimulus Sektor pariwisata dan Fiskal Dianggap Tepat

Bank Mandiri menilai, strategi pemerintah memberikan sejumlah stimulus sektor pariwisata dan fiskal sangat tepat. Langkah itu dianggap mampu melindungi perekonomian nasional dari dampak wabah virus corona (COVID-19). 

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pihaknya tengah mempertimbangkan pemberian insentif fiskal kedua untuk meredam dampak corona. Insentif itu berupa keringanan Pajak Penghasilan (PPh) 21, PPh 22, PPh 25 dan percepatan restitusi PPN. 

Kebijakan itu melengkapi insentif sebesar Rp10 triliun untuk menggerakkan sektor pariwisata domestik yang telah disampaikan pemerintah sebelumnya. 

Senior Ekonom Bank Mandiri Dendi Ramdani berpandangan, pemerintah telah menyadari bahwa insentif yang dibutuhkan adalah stimulus untuk meningkatkan kapasitas ekonomi domestik. Langkah itu tidak lepas dari perkiraan kontraksi ekonomi Tiongkok akibat corona. 

Seperti diketahui, saat ini kontribusi Tiongkok pada perekonomian global sekitar 16%. Padahal IMF memprediksi Tiongkok hanya tumbuh 5,6% pada 2020. Angka itu menjadi level terendah sejak tahun 1990.

“Kami yakin insentif tersebut akan dapat memperkuat daya tahan fundamental ekonomi Indonesia yang relatif sangat baik saat ini. Jika itu terjadi, maka pekerjaan rumah pemerintah berikutnya adalah menjaga suasana psikologis masyarakat dan dunia usaha di Tanah Air untuk tetap optimis terhadap ekonomi Indonesia," ungkapnya kepada wartawan di Sanur, Jumat (6/3/2020). 

"Kepanikan yang tidak beralasan akan dapat berpengaruh negatif pada upaya kolektif pemerintah Indonesia dalam mengawal ekonomi," sambung Dendi. 

Sementara SVP Corporate Secretary Bank Mandiri, Rully Setiawan memperkirakan, pertumbuhan perekonomian Indonesia yang akan mengalami koreksi ditahun 2020. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri diakhir tahun diprediksi berada dilevel 4,7% - 4,9%. Angka itu turun dikisaran 0,1% - 0,2% dibandingkan tahun 2019 yang menyentuh 5,2%

"Pertumbuhan ekonomi pasti terkoreksi. Karena slow down, bukan hanya di kita, tetapi secara global. Secara global itu pertumbuhan ekonomi pasti terkoreksi. Dan ada pembatasan-pembatasan penerbangan dari satu negara ke negara lain, itu juga mempengaruhi ekonomi kita," katanya. 

Rully menyebut, saat ini pemerintah harus mampu meyakinkan pengusaha dan masyarakat agar tidak panik menghadapi wabah corona. Langkah itu dikatakan untuk menjaga tren positif pertumbuhan perekonomian Indonesia. 

Secara internal, Bank Mandiri sejak dua pekan lalu telah menerbitkan program keringanan kepada para debitur yang terdampak. Relaksasi yang diberikan berupa perpanjangan tenor. 

"Sehingga membuat cicilannya itu akan lebih mudah buat nasabah," ucapnya. 

Rully mengakui, sejauh ini belum ada debitur Bank Mandiri di Bali yang mengajukan relaksasi. Bahkan sebagian besar debitur di Pulau Dewata disebut masih bisa bertahan ditengah wabah corona. 

Ia menyampaikan, kredit yang direct dengan bidang kepariwisataan di Bali mengambil porsi 40%. Namun untuk indirrect, atau sektor penunjang pariwisata mencapai 70%. 

"Tapi kita sudah siapkan dengan satu seleksi dari kita yang sesuai, dan layak. Karena debitur itu kan butuh nama baik juga. Dia bisa mengajukan rescheduling (penjadwalan kembali) segala macam, ya mungkin mereka berpikir akan berpengaruh terhadap nama baik, jadi mereka masih bertahan untuk tidak mengambil. Walaupun kita menawarkan secara aktif untuk langkah itu," pungkas Rully Setiawan. 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait