Bali Jadi Penghasil Kopi Dengan Citarasa Terbaik di Indonesia

Bali Jadi Penghasil Kopi Dengan Citarasa Terbaik di Indonesia

Selain sebagai destinasi pariwisata favorit dunia, Pulau Bali juga menjadi salah satu daerah penghasil kopi dengan citarasa terbaik di Indonesia.
Peneliti Senior Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember, Surip Mawardi mengatakan mutu kopi Bali memiliki citarasa melebihi kopi di negara lain. "Kopi Bali dinamai Bali arabica. Kalau di Bali perkebunan kopi ada di Busung Biu, Buleleng dan Pupuan, Tabanan. Disana ada 14 ribu hektar. Kalau kopi arabica ada Kintamani, Bangli,  Kabupaten Badung dan Buleleng seluas 7 ribu hektar," ungkapnya  di Sanur.

Surip menyebutkan saat ini Bali mampu memproduksi kopi arabica sebanyak 4 ribu ton. Jumlah tersebut menurut dia mampu untuk memenuhi permintaan ekspor dan konsumsi dalam negeri.

"Waktu lima tahun lalu di Kintamani harga kopi tidak bagus. Setelah kami berikan pembinaan sekarang harga mereka plus dibanding terminal New York yaitu plus 5 ampe 10 persen. Dan ini kuncinya ada dimutu," ucap Surip.

Sementara itu ditempat yang sama salah satu pendiri Asosiasi Kopi Specialty Indonesia, Edi Susmadi mengatakan Indonesia merupakan negara ketiga produsen kopi terbesar di dunia setelah Brazil dan Vietnam. "Mengenai citarasa yang enak ya kopi arabica dan harganya juga lebih mahal daripada kopi robusta. Harga arabica yang grade 1 sekitar Rp 75 per kilogram. Kalau yang robusta seharga Rp 21 ribu sampai Rp 25 ribu," sebut Edi.

Dia menuturkan, kenapa arabika lebih enak? Hal itu dikarenakan kandungan cafeinnya lebih rendah daripada robusta. Selain itu arabika juga memiliki karakteristik dengan citarasa berbeda dimasing-masing daerah. "Kalau arabica kan ada karakteristik rasa caramel, spicy dan buah-buahan. Kopi Flores karakteristiknya berbeda dengan kopi Bali. Memang varietasnya  sama tapi tempat ditanamnya kan berbeda ada yang ditanam di pegunungan," jelasnya.

Meski kopi digemari untuk dikonsumsi bukan berarti tidak ada kendala dalam proses produksinya.  "Kendala produksi kopi di Indonesia kita banyak opsi jadi ketika orang mulai bertani kopi harganya tiba-tiba turun sehingga banyak yang berpindah ke tanaman lainnya," imbuhnya.

Selaku produsen kopi, pihaknya  mengaku membutuhkan bantuan dan dukungan pemerintah terkait edukasi budidaya dan pasca panen serta cara untuk meningkatkan kualitas. "Dari dulu kita berharap bantuan intens dari pemerintah," ucapnya.

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait