Jelang Akhir Tahun 2017, PHRI Denpasar Optimis Okupansi 80%

Jelang Akhir Tahun 2017, PHRI Denpasar Optimis Okupansi 80%

Sudah menjadi tren, kunjungan wisata ke Bali meroket setiap perayaan akhir tahun. Berkaca dari pengalaman yang ada, kedatangan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara akan meningkat signifikan.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Denpasar, Ida Bagus Gde Sidharta Putra atau yang akrab disapa Gus De kepada Kabar Dewata di belum lama ini di Sanur menyatakan, saat ini peningkatan itu belum terlihat. Diakui November merupakan low season, jika ditilik dari kalender kepariwisataan Dunia.

"Jadi setelah bulan Agustus, peak season kita, September masih lumayan, Oktober masih, sekaran November sudahdrop sedikit, karena ini merupakan lower season buat kita, kurang lebih antara 50 - 60 persen saat ini sekarang," katanya.

Gus De mengemukakan tren peningkatan kunjungan wisatawan akhir tahun akan terjadi setelah tanggal 20 Desember. Data pemesanan kamar hotel di Kota Denpasar khusus bulan Desember berada dikisaran 70 sampai 80%.

"Mudah-mudahan mendekati akhir tahun dengan agility atau kelincahan dari online tersebut, kalau dulu kan kalau offlineada 21 hari reinstate misalnya 21 hari kita harus data, harus masuk, kita sudah tahu dalam 3 minggu, 2 minggu. Kalau sekarang sangat, sangat volatile sekali. Ya itu akan berubah, mudah-mudahan dari 80 persen, 75 persen akan berubah terus meninggkat mendekati mungkin penuh, atau 100 persen," ujarnya.

Ditengah optimisme peningkatan okupansi, akan tetapi Gus De yang juga mengemban amanat sebagai Ketua Yayasan Pembangunan Sanur (YPS) ini tak memungkiri terjadi penurunan length of stay. Lama tinggal wisatawan dijabarkan untuk pelancong asal Eropa rata-rata 11-14 hari, Australia 5-7 hari, dan regional market seperti Singapura, Malaysia serta Tiongkok 3-4 hari. Beberapa faktor diakui menjadi penyebab turunnya length of stay wisatawan mancanegara di Bali.

"Ya karena regional ini kan biasa mengambil beda dengan motivasi travelingnya. Kalau saya pikir karena memang karena short-haul ya dari Singapura sini deket, dan mereka ngambil week-end begitu ya, itulah yang memperpendek, atau mungkin adanya destinasi baru lain juga," ungkapnya.

Disinggung soal status "siaga" atau level III Gunung Agung, Ida Bagus Gde Sidharta Putra mengakui pasca penurunan status vulkanik, kondisi pariwisata kembali normal. Bahkan beberapa wisatawan yang negaranya sempat mengeluarkantravel advisory sudah berani untuk datang ke Bali. Kondisi itu dianggap menjadi angin segar bagi pelaku pariwisata dalam menatap momen pergantian tahun 2017 ke 2018.

"Jadi sebenarnya setelah diturunkan statusnya dari awas ke siaga ini memberikan sebuah lift atau sebuah peningkatan atau confidence yang luar biasa daripada market. Kami bisa lihat pada saat Badan Promosi Pariwisata Daerah yang baru saja datang dari Korea Selatan, itu mendapatkan respon yang luar biasa, bahwa mereka tadinya takut sekali untuk datang ke Bali, apakah kekurangan informasi, berita hoax yang berlebihan, itu betul-betul mereka sangat takut,"

"Tetapi begitu kami datang akhir Oktober sampai awal November kemarin dengan diturunkan status itu pada tanggal 29 Oktober 2017, itu mereka sangat gembira, sangathappy dan mereka membantu untuk mempush selling yang sudah ada. Jadi kita lihat sebuah tren yang luar biasa sekali dengan diturunkannya status dari Gunung Agung," jelasnya. 

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait